Kamis, 12 Desember 2013

Mengkaji Hadits Arba’in Nawawi ke-9 : Garansi Allah, Believe System & Sabar

Redaksi Hadits

عن أبي العباس عبدالله بن عباس رضي الله عنه قال كنت خلف النبي صلى الله عليه وسلم يوماً فقال " يا غلام , إني أعلمك كلمات : احفظ الله يحفظك , احفظ الله تجده تجاهك , إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله , واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك , وإن اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك , رفعت الأقلام وجفت الصحف " رواه الترمذي" وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي : احفظ الله تجده أمامك , تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة , واعلم أن ما أخطأك لم يكن ليصيبك وما أصابك لك يكن ليخطئك , واعلم أن النصر مع الصبر, وأن الفرج مع الكرب , وأن مع العسر يسرأ

Penjelasan

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa luput dari
kuasa Allah Swt yang mana dalam amaliyah sehari-hari kita dituntut untuk selalu berjalan dalam tatanan aturan yang telah ditetapkan olehNya. Dari sekian banyak bentuk kekuasaan Allah kepada seluruh mahlukNya ialah perlingdungan yang Allah berikan kepada seluruh umatnya tapi dengan catatan umatnya pun ikut menjaga Allah sebagai timbal balik dari semua itu.

Dalam Hadits ke-9 ini Allah memberikan garansi penuh bagi siapa saja dari hambanya yang menjaga Allah maka Allah akan membalas dengan menjaganya kembali. Bentuk penjagaan kita terhadap Allah bukanlah seperti kita menjaga sesuatu seperti dalam kehidupan, akan tetapi bentuk penjagaan tersebut yaitu dengan menegakkan agama Allah dan menjunjung tinggi nama Allah serta mengesakan Allah.

Adapun bentuk kepercayan kita (believe system) terhadap Allah ialah tawakkal kepada Allah, menyerahkan segala urusan kita kepadaNya dan meminta segala sesuatu dan pertolongan juga hanya kepadaNya.

Sedangkan kesabaran sendiri oleh Allah dijamin akan mendapatkan pertolongan dari redaksi hadits واعلم أن النصر مع الصبر (sesungguhnya pertolongan itu ada bersama sebuah kesabaran).
Ada beberapa kata kunci yang bisa kita ambil dari hadits tersebut yakni tentang Penjagaan Allah (احفظ الله يحفظك), Believe System (إذا سألت فاسأل الله) dan Kesabaran (أن النصر مع الصبر).

A. Penjagaan Allah

Hal ini pernah dialami oleh teman saya ketika menjalani masa-masa penganbian di pondok pesantren. Meski dia jarang medapatkan kiriman finansial dari kedua orang tuanya, entah mengapa dia selalu mendapatkan rezeki setiap harinya dari hal-hal yang tak terduga sehingga ia tetap bisa mengabdikan dirinya untuk mengayomi para santri.

Semua itu saya kira tak luput dari kepribadian dia yang selalu rajin beribadah, tekun dalam membantu sesama dan juga nilai khidmahnya terhadap pesantren yang mana kita tahu pesantren adalah salah satu pondasi agama islam yang didalamnya berusaha mencetak pribadi yang berakhlak mulia serta meneruskan dakwah islam. Dalam artian dia ikut andil dalam menjaga dan menegakkan agama Allah meski dari hal yang sederhana yakni mengabdi terhadap pesantren.
Maka pantas apabila teman saya ini mendapatkan lindungan dari Allah berupa kecukupan untuk melanjutkan pengabdiannya meski terhambat secara finansial.

B. Kepercayaan (believe system)

Pengalaman yang pernah saya dapatkan adalah bahwasanya segala hal yang kita inginkan, kita butuhkan dan tempat menyandarkan diri itu hanyalah kepada Allah Swt semata seperti dalam redaksi hadits tersebut;  إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله.

Pernah suatu ketika saya merasa sangat membebani kedua orang tua saya sehingga ada niatan untuk mengurangi beban itu, tapi pada saat itu saya masih nyantri di pondok pesantren, jadi memang sulit tuk mandiri atau tidak mengggantungkan diri pada orang tua. Meski saya hanya anak semata wayang tapi teteap saya merasa jadi beban terutama dalam hal finansial, mengingan orang tua saya masih banyak tanggungan seperti melunasi biaya haji mereka dan kebutuhan yang lain.

Sempat saya pesimis untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena saya yakin kedua orang tua saya akan kesulitan dalam hal ekonomi. Lantas saya datang ke Maqbaroh kyai Sepuh (pendiri pesantren) Alm. Kyai Hasan dan disana seperti biasa bertawassul lalu memohon do’a dengan keberkahan Kyai Sepuh agar Allah memberikan saya jalan keluar. Pasrah dan percaya bahwa solusi dari Allah itu ada dan mudah bagiNya untuk memberikan saya jalan keluar.
Dengan ucapan bismillah saya coba ikut tes beasiswa dari Kemenag dengan niatan mengurangi beban orang tua plus menuntut ilmu, meski waktu itu saya pesimis bisa lolos mengingat eveluasi yang begitu ketat dan sulit. Tapi Allah maha kuasa dan Alhamdulillah saya lolos juga.

C. Sabar

Saya teringat akan adik kandung Umi saya, namanya mbak Nur, begitulah saya akrab memanggilnya. Mbak Nur ini seorang ibu rumah tangga biasa dan juga merupakan seorang guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di sebuah Madrasah Ibtida’iyah tempat saya dulu sekolah.
Mbak Nur dikenal sebagai seorang wanita yang baik hati dan penyayang. Mbak Nur sendiri belum dikaruniai keturunan meski usia pernikahannya sudah 10 tahun lebih, dengan segala usaha dan ikhtiar Mbak Nur belum juga diberi keturunan. Sungguh merupakan ujian berat bagi sebuah rumah tangga.
Namun itu lantas tidak menghalangi Mbak Nur untuk tetap melangkah maju, bahkan Mbak Nur disebut sebagai guru PAUD terbaik kala itu sampai-sampai anak-anak usia dini 90% disekolahkan di madrasah ini agar bisa diajar oleh Mbak Nur. Padahal disebelah madrasah ini juga ada sekolah PAUD yang lebih besar.
Maklum jika Mbak Nur dalam mengajar itu penuh dengan kasih sayang, bisa jadi itu sebuah bentuk pelampiasan kasih sayangnya dengan menganggap anak-anak dini itu sebagai anaknya sendiri. Maka tak heran jika para orang tua ingin anaknya diajar oleh Mbak Nur karena selain penuh kasih sayang, Mbak Nur juga orang yang pandai.

Namun ujian pun datang, sebagai barometer iman seseorang. Disaat Mbak Nur ingin mengirim nasi untuk suaminya yang ada di sawah, tiba-tiba Mbak Nur jatuh tak sadarkan diri. Seakan-akan kesurupan, Mbak Nur terlihat menjerit-jerit dan tak sadarkan diri seperti sedang sekarat. Lantas Mbak Nur dibawa kerumah sakit untuk diobati. Saya yang waktu itu ada dipondok langsung dikabari dan langsung berangkat menuju rumah sakit. Tak atahn melihat Mbak Nur yang sedang terkapar tak berdaya seperti orang sekarat, saya pun menangis tak terhentikan.

Mbak Nur di vonis lumpuh separuh badan. Badan bagian kanannya mulai dari tangan sampai kaki terasa mati rasa dan berjalanpun tentu tak bisa. Sudah 3 thun lebih Mbak Nur menderita sakit ini dan segala obat sudah ditempuh namun hasilnya masih nihil, Mbak Nur pun hanya bisa bersabar, tawakkal kepada Allah Swt yang menciptakan penyakit dan juga mencipkatan obatnya di dunia ini.
Satu cobaan ini belum selesai, cobaan lain kembali datang kepada Mbak Nur. Suaminya yang sudah menjalani belasan tahun jenjang pernikahan dengan Mbak Nur namun belum juga diberi momongan lantas Mbak Nur pun merelakan suaminya untuk memadu, berpoligami demi kebahagiaan sang suami tercinta, merelakannya menikah dengan wanita lain dengan harapan wanita tersebut bisa memberi seorang anak bagi suaminya dan membahagiakannya. Mbak Nur sadar bahwa dirinya sudah tak bisa memberikan keturunan lagi-lagi hanya bisa bersabar.

Mbak Nur bisa tersenyum setiap harinya meski tersirat sejuta derita dalam hatinya, Mbak Nur bisa tertawa sebagai topeng dari jeritan tangis hatinya. Sungguh baru kali ini saya mengerti tentang arti sebuah kesabaran, sabar demi kebahagiaan orang yang kita cintai. Subhanallah, laa haula wa laa quwwata illa billah, saya yakin, Mbak Nur adalah wanita sholihah dan pantas mendapatkan ridha Allah Swt serta dibalas dengan Surganya yang indah. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar