Minggu, 15 Desember 2013

ISLAM DAN SEKULERISME



Islam adalah agama yang muwafiq fikuli zaman wa makan. Artinya islam adalah agama yang fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun banyak orang menganggap keliru bahkan sesat jika islam mengikuti perkembangan zaman. Ini itu dikatakan bid’ah. Dengan dalih hal ini, hal itu tiddak sesuai dengan ajaran Rasulullah. Tidak sesuai dengan pakaian rasulullah. Tidak sesuai dengan zaman rasul. Semua yang tidak sama dengan rasul dianggap bi’ah dan harus diperangi. Ada juga yang beranggapan bahwa islam semakin hari semakin bersifat simbolis saja. Itu artinya umat manusia semakin lepas dari agamanya. Segala sesuatu dihitung dengan harta. Sehingga menjadikan hati buta dan tidak mau menerima kebenaran. Ada juga yang mengatakan islam sekarang tidak asli. Tetapi sekarang islam sudah menjadi sekuler! Apakah sebenarnya islam dan sekuler tersebut? Apakah islam sekarang menjadi sekuler? Pada tulisan ini, penulis berusaha untuk menjelaskan tentang islam dan sekulerisme.



A.    Pengertian Islam
Islam secara bahasa mempunyai beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1.      Islam berasal dari kata as-Salm yang artinya damai. Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61) وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم
Artinya: "dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertaqwalah kepada Allah. Seseungguhnya Dialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
2.   Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
3.      Islam berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang mempunyai arti selamat dan sejahtera.

Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhamad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sebagai petunjuk jalan yang lurus, berdasar pada hokum Allah SWT, yang bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.[1]
Proses turunya agama islam dimulai sejak Nabi berada di Gua Hira dan berproses selama 23 tahun.[2] Dalam sebuah agama konsep-konsep manusia tentang realitas tidak didasarkan pada pengetahuan namun didasarkan pada keyakinan pada Penguasa atau Tuhan yang sangat beragam antara agama satu dengan agama yang lain. Tuhan yang dimaksud dalam islam adalah Allah SWT. Islam bukan saja sebuah ideology, namun jyga sebagai system cultural. Islam mencakup symbol-simbol kultur social yang meliputi konsep ralitas dan perencanaan. Basis peradaban bagi dunia Islam dibidang politik, social dan segala aspek kehidupan serta bangsa arab menjadi maju ketika kejayaan Islam.[3] Sebagai agama, islam mempunyai ajaran yang dimuat dalam kitab suci yaitu Al-Quran dan Sunah Nabi.

B.     Inti Ajaran Islam
Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin mempunyai peran dalam segala aspek kehidupan, baik kehidupan social budaya, ekonomi, politik, berbangsa dan bernegara. Dalam islam hubungan Manusia dengan Tuhanya (Hablum minal Allah), hubungan manusia dengan sesama manusia lain (Hablum minan Nas) dan hubungan manusia dengan makluk Tuhan selain manusia (Hablum min Makhluqillah) diatur. Ajaran islam berusaha menciptakan keseimbangan dalam kehidupan sehingga tercipta suatu tatanan yang ideal. Di segi Hukum misalnya dalam pelanggaran pembunuhan diperlakukan hukuman setimpal(qishos) dengan tujuan menghargai nyawa dan menciptakan ketertiban umum. Dalam masalah hablum minan nas, misalnya adanya hak dan kewajiban sesame muslim separti menjenguk ketika sakit dan lain-lain. Dalam masalah ibadah manusia dituntut untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhanya dengan tujuan memperoleh kebahagiaan dlohir dan batin.

Inti dari ajaran islam adalah tauhid, syariat, dan muamalah. Tauhid berhubungan dengan keimanan dan akidah seseorang. Iman dan aqidah seseorang terletak di hati. Sehingga bersifat abtrak dan individual. Yang mengetahui hanyalah Allah Swt dan diri manusia sendiri. Syariat berhubungan dengan ibadah yang dilakukan seseorang sebagai bukti keimanan. Ibadah seseorang mencerminkan keimanan seseorang. Sedangkan muamalah berhubungan dengan komunikasi dan interaksi manusia dengan manusia lainya. Sehingga terciptanya aturan hokum baik tertulis maupun tidak yang berlaku dan harus ditaati oleh setiap manusia.

C.     Sejarah singkat sekulerisme
Jika dilihat dari kronologis terjadinya filsafat, maka sekulerisme merupakan faham muncul dengan bersamaan berkembangnya filsafat pada zaman modern. Hal ini muncul karena ketidakpuasan para filosof akan hokum gereja yang bersifat doktrinasi dan ingin membebaskan diri dari teologi. Sekulerisme pertama kali muncul di Eropa bersamaan dengan zamn Renaissance dan reformasi dimana fondasi Tradisionalisme Barat yang bertumpu pada institusi Negara dan gereja mengalami kehancuran. Setelah terjadi perpisahan antara agama dan kekuasaan Negara, sekulerisme dengan bebas menggembar-gemborkan kebebasan dan hak asasi manusia tanpa ada batasan sehingga terjadi diskriminasi mental dan kepribadian umat. Sekulerisme menyebar sampai Benua Amerika, Asia, dan Afrika. Sekulerisme di Amerika adalah Sekulerisme yang Moderat artinya adalah suatu system pemerintahan yang memisahkan antara agama dan kehidupan dunia namun masih memberikan kebebasan untuk beragama tetapi agama tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan dunia.

Sementara di Unisofiet dan Rusia, sekulerisme berkembang dalam bentuk yang sensitive terhadap agama ( memusuhi agama) dan berusaha melenyapkan agama, sarana prasarana serta praktik keagamaan di Negara tersebut. Sekulerisme ini dinamakan dengan sekulerisme Marxisme.[4] Tokoh sekulerisme Marxis adalah Darwin, Kral Marx, dan Freud. Komunisme merupakan bagian dari sekularisme yang Marxis dimana komunisme tumbuh dan berkembang di Negara China. Pada perkembanganya sekulerisme masuk dan berkembang secara tidak langsung di berbagai Negara Demokrasi. Dengan adanya moderenisme secara tidak langsung sekulerisme telah menjajah dengan global di seluruh dunia.

D.    Pengertian Sekulerisme
Sekulerisme berasal dari kata Latin “Seculum” yang artinya “masa” oleh karena itu sekulerisme berorientasi pada masa sekarang.[5] Sekulerisme menurut kamus Oxford adalah bersifat keduniaan atau matrialisme bukan keruhanian atau keagamaan. Sekulerisme adalah pendapat yang mengatakan bahwa agama tidak layak di jadikan fondasi Akhlakdan Pendidikan. Istilah sekulerisme pertama kali di gunakan oleh penulis Inggris Geogre Holoyake pada tahun 1846. Walaupun sekulerisme tergolong istilah baru, namun konsep-konsep kebebasan berfikir sudah ada sejak zaman Ibnu Rusd dan aliran filsafatAveroisme.

Kata sekuler memiliki dua arti, yaitu berlangsung terus-menerus atau terjadi dalam stu kurun waktu yang secara terus-menerus tanpa batas dan makna kedua adalah yang tidak ada hubunganya dengan masalah-masalah keagamaan atau kerohanian. Umumnua sekulerisme di gunakan sebagai pemisahan hukum-hukum politik dengan masalah-masalah gereja atau keagamaan. Pendidikan sekular adalah suatu sisem pendidikan yang mengabaikan ajaran-ajaran keagamaan. Sebagai suatu doktrin, sekularisme adalah moralitas harus didasarkan pada perkara kesejahteraan kemanusiaan di dalam kehidupan ini dan mengabaikan pertimbangan yang bersumber dari keimanan kepada Tuhan dan kehidupan pada hari yang akan datang.[6]

E.     Inti Ajaran Sekuler
Sekularisme dalam penggunaanya adalah sebuah ideology yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat juga berarti kebebasan beragama dan memilih kepercayaan serta kebebasan tidak beragama. Sekulerisme berangggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia terutama masalah politik harus berdasar pada hal yang konkret, fakta dan bukan berdasar pengaruh keagamaan.
Sekulerisme merupakan sebuah doktrin, semangat atau kesadaran yang menjunjung tinggi kekinian, serta kepentingan individu. Sekulerisme merupakan konsep politik dan falsafah hidup, dimana cita-cita sekulerisme adalah kemajuan dalam kehidupan manusia dalam bidang  materi tanpa memandang agama, aliran, maupun warna kulit seorang. Sedangkan sekularisasi adalah transformasi dari seseorang, lembaga atau hal-hal yang berbasis spiritualistic menuju yang meterialistik. Sebagai sebuah proses social sekulerisme berusaha menyingkirkan peran hokum, nilai, dan otoritas keagamaan dalam kehidupan manusia.[7]

F.      Sekulerisme Dalam Prespektif  Islam
Sekulerisme dalam bahasa Arab dikenal dengan “Al-Ilmaniyah” diambil dari kata ‘alima ya’lamu ‘lmun. Secara mafhum sekulerisme bermaksud mengangkat ilmu. Bahkan islam sendiri memerintahkan kepada umatnya untuk mencari ilmu, mengamalkan ilmu, dan menularkan ilmu. Bukan berati islam mengajarkan sekulerisme. Namun sekulerisme menggunakan kata ‘Al-  Ilmaniyah” hanyalah tipu daya yang berlindung di balik slogan ilmu.
Sekulerisme dalam islam tidak ada tempat. Artinya baik sekulerisme moderat dan sekulerisma Marxis tidak ada sangkut pautnya, tidak ada hubungan dan keterkaitan dengan Islam. Islam tidak mengenal dan mendukung adanya sekulerisme. namun bukti adanya sekularisasi dalam islam – sekularisasi yang tidak seperti terjadi di Barat – terjadi, separti yang ditunjukan oleh Borojuerdi sebagai berikut: islam tidak menekankan keakhiratan dan monasthinya seperti agama Budha dan Hindu. Islam menjanjikan umat manusia lepas dari kebobrokan kepada keadilan dan kesalehan telah menyumbangkan semangat sekulerisme. kedua, adanya perdebatan dan perbedaan diantara ulama’ fiqh, kalam, dan para filosof islam menjadikan munculnya gerakan sekulerisasi. ketiga, perhatian kaum muslimin terhadap sains dan teknologi juga membuka adanya sekularisasi.[8]

Dapat disimpulkan bahwa Islam membuka posisi sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi bukan berarti mengalami sekulerisme seperti di Barat. Tetapi islam melakukan tajdid pada aspek tertentu dan menjaga serta berpedoman pada aqidah dan Syariat yang ditentukan dalam al-Kitab dan as-Sunah, serta tidak memisahkan antara agama dan Negara. Islam mengalami sekulerisasi terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan namun tidak terjadi sekulerisasi pada aspek sosio-kultural. Dibuktikan dengan maraknya kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah para pejabat Negara. Bahkan seringkali dilakukan di istana Negara. Dengan kata lain Islam tetap dalam kaidah “Al- Muhafadlotu ‘ala Qodimi as-Solih, wa al-akhdu ‘ala al-jadidi al-Aslah” namun ada tambahan “wal Ijadu” sehingga qoidah menjadi ” al-muhafadlotu ‘ala al-qodimi as-solih, wa al-akhdu ‘ala al-jadidi aslah, wa al- ijadu” (menjaga tradisi yang dahulu yang sudah sohih, mengadopsi terhadap pembaharuan yang lebih baik, dan menemukan sesuatu yang baru).


[1] Marifatul Islam By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag. pengertian Islam menurut bahasa dan istilah. ( http://el-misbah.blogspot.com/2008/11/marifatul-islam-1-pengertian-islam.html)
[2] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. Pengantar studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2012, hal 1
[3] Tim MKD IAIN Sunan  Ampel, 3
[4] Jhon J. Donohue dan Jhon J. Esposito, Islam dan Pembaharuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995.hal xvi-xviii
[5] Achmad Jainuri. Orientasi idiologi gerakan Islam. Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat. 2004. Hal 84
[6] Abul Hasan Ali Nadawi. Benturan Barat dengan Islam. Bandung: MIZAN, 1999. Hal 169
[7] Achmad Jainuri, 86.
[8] Ahmad Jainuri, 90-91
 

DAFTAR PUSTAKA
Abul Hasan Ali Nadawi. 1999. Benturan Barat dengan Islam. Bandung: MIZAN.
Donohue dan Jhon J. Esposito. 1995. Islam dan Pembaharuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jainuri, Achmad. 2004. Orientasi Ideologi Gerakan Islam. Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat.
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. Pengantar studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2012
Referensi Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar