Dewasa ini, banyak sekali angka kenakalan remaja yang kian
meningkat tiap hari, tiap minggu, tiap bulang tiap tahun dan setiap saat. Ini
tak lepas dari peranan orang tua dalam mengontrol, mendidik serta mengasuh
mereka baik pada masa sekarang, waktu masih kanak-kanak, waktu masih bayi
hingga waktu mereka masih dalam kandungan.
Adapaun ibu ideal bisa dinilai dari
anak yang ia didik dan ia asuh.
Apakah anak tersebut baik apa sebaliknya. Jika baik itu menandakan bahwa sang
ibu berhasil menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu. Adapun jika tidak si
anak kurang baik, maka sang ibu juga bisa disinyalir kurang optimal dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu.
PADA SANG BUAH HATI
Suatu saat, jika keputusan untuk mempunyai seorang bayi telah
dibuat, buatlah perhatian sebelum masa kelahiran tersebut. Seorang ibu hamil
sebaiknya berada dalam pengawasan dokter selama masa kehamilannya sebab tiga
semester pertama merupakan periode dimana bayi tersebut mengalami pembentukan
organ. Perhatian sebelum kelahiran dapat membentu bayi tersebut mengalami
kemajuan pada masa kelahirannya.[1]
Maka dari sini, seorang ibu hamil harus benar-benar menjaga diri
dari lingkungan yang berpotensi memeberikan efek negatif terhadap sang buah
hati. Beberapa studi juga mengindikasikan bahwa anak-anak yang dilahirkan dari
ibu yang mempunyai kebiasaan merokok akan mempunyai permasalahan dalam belajar
dan juga mempunyai permasalahan dalam lingkungannya.
Infeksi selama masa kehamilan dapat menyebabkan kelambatan mental
dan cacat bawaan diri seorang bayi. Penyinaran radiasi juga dapat mempengaruhi
perkembangan janin. Para orang tua sebaiknya mencari saran yang tepat atas
perhatian masa kehamilan tersebut dari seorang dokter.
Jika seorang ibu menggunakan ajaran islam yang digabungkan dalam
mengasuh sang anak, maka hasilnya akan sangat bermanfaat. Seperti contoh
seorang ibu sejak masa kehamilannya sering membaca Al-Qur’an, berdzikir,
mendengarkan lagu-lagu islami serta bersholawat, insyaallah akan ada efek
positif yang melekat pada diri sang anak meski masih di dalam kandungan. Bisa
dibedakan nantinya anak yang sering mendengarkan lantunan ayat-ayat suci
Al-Qur’an dibanding anak yang sering mendengarkan lagu dangdut pada masa ia di
dalam kandungan. Teori ini dinamakan Hothousing yakni suatu istilah
untuk menggambarkan stimulasi seorang anak pada saat ia dalam kandungan atau
pada saat kandungan masih sangat muda.[2]
MEMBERIKAN KASIH SAYANG
Beberapa orang tua merasakan bahwa anak-anak usia dini tidak dapat
memahami orang tuanya dimana mereka terlalu muda untuk memahami perubhana perilaku, dan anak-anak semacam ini
hanyalah memerkukan perhatian secara fisik seperti gizi dan keselamatannya. Hal
ini benar jika dilihat dari sudut sempit, tetapi perilaku orang tua kepada
seorang anak adalah memberikan cinta dan perhatian.[3]
Dr. John Bowlby, seorang psikiater anak menyarankan bahwa “rasa
kehilangan yang berkepanjangan dari seorang anak usia dini atas perhatian dari
seorang ibu akan menyebabkan kesulitan dalam mecapai karakter yang dia harapkan
dari anak dan demikian juga pada kehidupannya dimasa yang akan datang”.
Teori tersebut adalah bahwa kehilangan perhatian dari seorang ibu, sebagai
istilah yang digunakan untuk menggambarkan hilangnya si anak terlalu dikerusakan yang permanen pada
diri anak tersebut, yang menyebabkan anak tersebut mengalami permasalahan anti
sosial secara personal, keanehan dan depresi.[4]
MENDIDIK ANAK
Salah satu tugas seorang ibu adalah mendidk anaknya, sebab di
samping pemeliharaan fisik, kini ia harus melibatkan diri dalam menjamin
kesejahteraan psikis anaknya, agar anaknya bisa mengadakan adaptasi terhadap
lingkungan sosialnya. Ibu harus terus menerus melatih anaknya, agar anak mampu
mengendalikan instink-instinknya, untuk bisa menjadi manusia beradab. Sebab
jika si anak terlalu ‘diloskan’ atau diniarkan lepas bebas serta dikuasai oleh
dorongan-dorongan instinktifnya yang primitif, maka ia bisa menjadi liar, tidak
terkendali dan tidak berdisiplin.
Namun sebaliknya, apabila ibu tadi terlalu banyak melarang anaknya
dengan macam-macam tabu dan pantangan, maka oleh ambisi-ambisi tersebut mungkin
akan menghambat perkembangan si anak, atau pada kasusu lain anak lalu
mengembangkan pola yang neurotis.
Maka tidak mudahlah mengasuh dan mendidik anak itu. Bahkan ilmu
pengetahuan modern pada zaman sekarang inipun belum atau tidak mampu memberikan
resep-resep ampuh untuk mempersiapkan ibu-ibu muda menjadi pengasuh dan
pendidik yang sempurna.[5]
MENJADIKAN
ANAK-ANAK BAHAGIA
Dengan mencintai sang anak tidaklah cukup
untuk mewujudkan kebahagiaan pada anak. Terlalu banyak memberikan kasih sayang
kenyataannya justru akan memanjakan anak. Kasih sayang harus disertai dengan
pengetahuan, kemampuan berperilaku sebagai orang tua, dan selalu ada di samping
anak anda pada setiap saat dia membutuhkan anda.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh
seorang ibu/orang tua?
·
Bantulah anak tersebut mengembangkan pandagan sendiri yang baik
Anak-anak harus mempunya pandangan diri sendiri yang
positif dengan tujuan untuk merasakan keadaan dan dunia tempat ia hidup dengan
baik. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan anak tersebut bahwa dia berguna dan
selalu berperilaku yang positif.
·
Mendorong keberhasilan dalam langkah kecil
Jangan mengharapkan anak anda untuk membuat suatu
lompatan yang sangat besar, bertahap dulu melalui hal-hal kecil.
·
Berikan anak tersebut sebuah dasar rasa aman untuk memulainya
Dengan memberikan dorongan serta jaminan dari orang
tua, sang anak akan berani untuk membuat perubahan yang baik.
·
Gunakan kemampuan berkomunkasi yang efektif
Seperti contoh, meskipun seorang anak melakukan kesalahan, orang tua
sebaiknya memberikan pujian atas usaha yang dilakukannya dan mengatakan kepada
anak tersebut “ini adalah usaha yang baik” dan tentu saja “kamu harus
melakukannya dengan lebih baik lagi”.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono,
Kartini, Psikologi Wanita II. Bandung: Mandar Maju,1992
Fung, Daniel & Cai Yi-Ming, Mengembangkan
Kepribadian Anak dengan tepat. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar