Rabu, 18 Desember 2013

KONSEP SEORANG IBU YANG IDEAL



PROLOG
Dewasa ini, banyak sekali angka kenakalan remaja yang kian meningkat tiap hari, tiap minggu, tiap bulang tiap tahun dan setiap saat. Ini tak lepas dari peranan orang tua dalam mengontrol, mendidik serta mengasuh mereka baik pada masa sekarang, waktu masih kanak-kanak, waktu masih bayi hingga waktu mereka masih dalam kandungan.
Adapaun ibu ideal bisa dinilai dari
anak yang ia didik dan ia asuh. Apakah anak tersebut baik apa sebaliknya. Jika baik itu menandakan bahwa sang ibu berhasil menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu. Adapun jika tidak si anak kurang baik, maka sang ibu juga bisa disinyalir kurang optimal dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu.
PADA SANG BUAH HATI
Suatu saat, jika keputusan untuk mempunyai seorang bayi telah dibuat, buatlah perhatian sebelum masa kelahiran tersebut. Seorang ibu hamil sebaiknya berada dalam pengawasan dokter selama masa kehamilannya sebab tiga semester pertama merupakan periode dimana bayi tersebut mengalami pembentukan organ. Perhatian sebelum kelahiran dapat membentu bayi tersebut mengalami kemajuan pada masa kelahirannya.[1]
Maka dari sini, seorang ibu hamil harus benar-benar menjaga diri dari lingkungan yang berpotensi memeberikan efek negatif terhadap sang buah hati. Beberapa studi juga mengindikasikan bahwa anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang mempunyai kebiasaan merokok akan mempunyai permasalahan dalam belajar dan juga mempunyai permasalahan dalam lingkungannya.
Infeksi selama masa kehamilan dapat menyebabkan kelambatan mental dan cacat bawaan diri seorang bayi. Penyinaran radiasi juga dapat mempengaruhi perkembangan janin. Para orang tua sebaiknya mencari saran yang tepat atas perhatian masa kehamilan tersebut dari seorang dokter.
Jika seorang ibu menggunakan ajaran islam yang digabungkan dalam mengasuh sang anak, maka hasilnya akan sangat bermanfaat. Seperti contoh seorang ibu sejak masa kehamilannya sering membaca Al-Qur’an, berdzikir, mendengarkan lagu-lagu islami serta bersholawat, insyaallah akan ada efek positif yang melekat pada diri sang anak meski masih di dalam kandungan. Bisa dibedakan nantinya anak yang sering mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an dibanding anak yang sering mendengarkan lagu dangdut pada masa ia di dalam kandungan. Teori ini dinamakan Hothousing yakni suatu istilah untuk menggambarkan stimulasi seorang anak pada saat ia dalam kandungan atau pada saat kandungan masih sangat muda.[2]
MEMBERIKAN KASIH SAYANG
Beberapa orang tua merasakan bahwa anak-anak usia dini tidak dapat memahami orang tuanya dimana mereka terlalu muda untuk memahami  perubhana perilaku, dan anak-anak semacam ini hanyalah memerkukan perhatian secara fisik seperti gizi dan keselamatannya. Hal ini benar jika dilihat dari sudut sempit, tetapi perilaku orang tua kepada seorang anak adalah memberikan cinta dan perhatian.[3]
Dr. John Bowlby, seorang psikiater anak menyarankan bahwa “rasa kehilangan yang berkepanjangan dari seorang anak usia dini atas perhatian dari seorang ibu akan menyebabkan kesulitan dalam mecapai karakter yang dia harapkan dari anak dan demikian juga pada kehidupannya dimasa yang akan datang”. Teori tersebut adalah bahwa kehilangan perhatian dari seorang ibu, sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan hilangnya  si anak terlalu dikerusakan yang permanen pada diri anak tersebut, yang menyebabkan anak tersebut mengalami permasalahan anti sosial secara personal, keanehan dan depresi.[4]
MENDIDIK ANAK
Salah satu tugas seorang ibu adalah mendidk anaknya, sebab di samping pemeliharaan fisik, kini ia harus melibatkan diri dalam menjamin kesejahteraan psikis anaknya, agar anaknya bisa mengadakan adaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Ibu harus terus menerus melatih anaknya, agar anak mampu mengendalikan instink-instinknya, untuk bisa menjadi manusia beradab. Sebab jika si anak terlalu ‘diloskan’ atau diniarkan lepas bebas serta dikuasai oleh dorongan-dorongan instinktifnya yang primitif, maka ia bisa menjadi liar, tidak terkendali dan tidak berdisiplin.
Namun sebaliknya, apabila ibu tadi terlalu banyak melarang anaknya dengan macam-macam tabu dan pantangan, maka oleh ambisi-ambisi tersebut mungkin akan menghambat perkembangan si anak, atau pada kasusu lain anak lalu mengembangkan pola yang neurotis.
Maka tidak mudahlah mengasuh dan mendidik anak itu. Bahkan ilmu pengetahuan modern pada zaman sekarang inipun belum atau tidak mampu memberikan resep-resep ampuh untuk mempersiapkan ibu-ibu muda menjadi pengasuh dan pendidik yang sempurna.[5]
MENJADIKAN ANAK-ANAK BAHAGIA
Dengan mencintai sang anak tidaklah cukup untuk mewujudkan kebahagiaan pada anak. Terlalu banyak memberikan kasih sayang kenyataannya justru akan memanjakan anak. Kasih sayang harus disertai dengan pengetahuan, kemampuan berperilaku sebagai orang tua, dan selalu ada di samping anak anda pada setiap saat dia membutuhkan anda.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ibu/orang tua?
·         Bantulah anak tersebut mengembangkan pandagan sendiri yang baik
Anak-anak harus mempunya pandangan diri sendiri yang positif dengan tujuan untuk merasakan keadaan dan dunia tempat ia hidup dengan baik. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan anak tersebut bahwa dia berguna dan selalu berperilaku yang positif.
·         Mendorong keberhasilan dalam langkah kecil
Jangan mengharapkan anak anda untuk membuat suatu lompatan yang sangat besar, bertahap dulu melalui hal-hal kecil.
·         Berikan anak tersebut sebuah dasar rasa aman untuk memulainya
Dengan memberikan dorongan serta jaminan dari orang tua, sang anak akan berani untuk membuat perubahan yang baik.
·         Gunakan kemampuan berkomunkasi yang efektif
Seperti contoh, meskipun seorang anak melakukan kesalahan, orang tua sebaiknya memberikan pujian atas usaha yang dilakukannya dan mengatakan kepada anak tersebut “ini adalah usaha yang baik” dan tentu saja “kamu harus melakukannya dengan lebih baik lagi”.



DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini, Psikologi Wanita II. Bandung: Mandar Maju,1992
Fung, Daniel & Cai Yi-Ming, Mengembangkan Kepribadian Anak dengan tepat. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003


[1] Dr. Daniel Fung & Dr. Cai Yi-Ming, Mengembangkan Kepribadian Anak dengan tepat.(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003),hlm. 4
[2] Ibid,hlm. 5
[3] Ibid,hlm. 8
[4] Ibid,hlm. 8
Dr. Kartini Kartono, Psikologi Wanita II. (Bandung: Mandar Maju,1992),hlm. 229

Tidak ada komentar:

Posting Komentar