Dalam perkuliahan di suatu kampus
tentunya tak lepas dari berbagai macam kegiatan yang ada di dalam kampus itu
sendiri, baik yang intra kampus maupun yang ekstra kampus. Mahasiswa dituntut
untuk bisa membagi waktu mereka dalam berkuliah dan berorganisasi. Jika tidak,
maka akan ada
satu yang dikalahkan. Itu tergantung seberapa kuat niat awal dia
berkuliah, apakah hanya sekedar cari ijazah atau yang lainnya.
Berbicara tentang berorganisasi, tak
akan luput dari yang namanya perkumpulan bagi anggota-anggota organisasi
masing-masing, baik dalam moment rapat atau kajian-kajian yang rutin diadakan
oleh organisasi tersebut.
Diskripsi Masalah
Fakta di lapangan yang kami temukan di suatu kampus adalah, banyak mahasiswa yang dalam berkumpul atas nama
organisasinya masing-masing tersebut berprilaku kutas etis jika kita melihat
kampus ini yang notabene merupakan kampus keislaman yang cukup mashur. Prilaku yang
kami maksud tersebut adalah bentuk etika yang mereka lakukan dalam berkumpul.
Contohnya adalah berkumpulnya cowok
dan cewek yang saling berdekatan, yang cewek kurang beretika, kadang tawa
bahaknya nyaring sekali jika sudah berkumpul. Kebiasaan para cowoknya adalah
merokok sembarangan di depan cewek, kadang juga berteriak, ada kontak antar
cewek dan cowok yang bukan muhrim dan sebagainya.
Contoh diatas merupakan masalah
etika sesama, kadang juga ada perkumpulan yang tidak beretika kepada tuhannya,
semisal rapat atau perkumpulan yang mereka adakan kadang sampai menjelang
maghrib sehingga ada yang shalatnya hampir telat dan parahnya ada yang memang
sengaja tidak shalat dengan alasan capek, masih diajak ngobrol temannya setelah
rapat, masih lanjut cangrkru’an dan sebagainya.
Tapi berbeda dengan organisasi yang
basic orientasinya lebih kepada keislaman, mereka ketika berkumpul itu terlihat
lebih beretika dan benar-benar mencerminkan sifat dari organisasi keislaman itu
sendiri.
Maka hal ini kami rasa perlu untuk
dijadikan bahan penelitian yang nantinya akan kita bahas dengan kacamata Psikologi
Sosial.
Persepsi Psikologi Sosial
Rumusan umum mengenai kelompok
sosial menurut Sherif (12) adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua
atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif
dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdpat pembagian tugas,
struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. [1]
Dalam terbentuknya kelompok sosial
yang beralih dari situasi kebersamaan itu, tenntulah akan terdapat
pengaruh-pengaruh umum terhadap kegiatan individu demi individu, tetapi secara
kongkret sukar untuk menentukan terlebih dahulu pengaruh apa dan
kegiatan-kegiatan apa yang akan timbul dari setiap individu dalam situasi
kelompok sosial. Akan tetapi, bahwa situasi sosial akan merangsang timbulnya
kegiatan-kegitan khusus dari invidu, itu sudah pasti.
Maka, mungkinlah individu-individu
yang dalam kehidupan sehari-hari agak pendiam dalam situasi pembentukan
kelompok sosial itu tiba-tiba dirangsang untuk berkegiatan secara menguntungkan
bagi kelompok secara keseluruhan. Dan, dengan demikian, situasi sosial itu
dapat merangsang reaksi-reaksi berlainan dari individu-individu yang bakal
menjadi anggota kelompok.
Disamping itu, masing-masing juga
berbeda kecakapan-kecakapannya sehingga atas dasar perbedaan-perbedaan dalam
kemampuan dan kecakapan antar anggota kelompok yang dirangsang oleh situasi
sosial itu maka terjadilah pembagian tugas yang khas antar anggota-anggotanya
sesuai dengan kecakapannya untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan kelompok secara
bekerja sama. Demikianlah, lambat laun terjadi struktur kelompok yang khas
serta norma-norma dan pedoman-pedoman pelaksanaan kegiatan-kegiatan kelompok,
dan yang makin menegaskan berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan
yang berbeda di antara kelompok itu.[2]
Analisis Penelitian
Seperti yang telah diuraikan di atas
bahwa, anggota organisasi yang awalnya pendiam bisa berubah menjadi lebih agresif
ketika ada dalam kegiatan atau perkumpulan organisasi yang ia ikuti.
Mahasiswa dan mahasiswi yang
mempunya background pendidikan dan keluaraga yang berbeda akan terlihat berbeda
pula ketika berkumpul dalam organisasi. Mahasiswa dan mahasiswi yang terbentuk
dari pendidikan keagamaan dan keluarga baik-baik dan religius akan lebih
menjaga perilaku dan ucapannya ketika berkumpul dengan teman-temannya dan tidak
mudah terpengaruh oleh suasana dan keadaan organisasi tersebut.
Sebaliknya, mahasiswa dan mahasiswi
yang terbentuk dari pendidikan minus pelajaran keagamaan dan dari keluarga yang
tidak terlalu fanatik atau religius akan sulit menjaga perilakunya yang dinilai
orang lain sebagai perilaku kurang etis baik dalam perbuatan maupun ucapannya. Juga
kemungkina untuk terpengaruh oleh teman-temannya pun juga besar maka tidak
heran jika terjadi problema seperti yang telah digambarkan di awal tadi.
Dr. Gerungan dalam bukunya Psikolgi
Sosial menjelaskan bahwa, banyak sekali sikap, attitude kehidupan yang
terdapat pada kelompok mahasiswa (norma-norma dan attitude membership-group-nya)
sudah berlainan dengan attitude-attitude dan kebiasaan-kebiasaan
bertingkah laku kelompok keluarganya (norma dan attitude-reference-group-nya).
Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan :
a.
Ia bertahan
pada norma dan attitude-attitude kehidupan kelompok keluarga (reference-group-nya).
b.
Ia melepaskan
norma dan attitude-attitude reference-group-nya itu dan menyesuaikan
diri dengan norma dan attitude-attitude dari membership-group-nya
sehingga dengan demikian ia menyetujui norma attitude yang baru itu,
dengan demikian reference-group-nya bukan lagi kelompok keluarga melainkan
kelompok mahasiswanya.[3]
Proses yang
terakhir ini disebut shifting of reference group dimana terjadi
perubahan attitude-attitude-nya itu. Jadi kesimpulan dari penelitian
tentang Problem Perkumpulan di kampus ini adalah, attitude-attitude
orang dapat berubah karena shifting of reference group seperti diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, Psikologi Sosial.
Bandung: Refika Aditama, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar