Rabu, 18 Desember 2013

PENELITIAN PSIKOLOGI SOSIAL : Problem Perkumpulan Organisasi Mahasiswa di Perguruan Tinggi



Dalam perkuliahan di suatu kampus tentunya tak lepas dari berbagai macam kegiatan yang ada di dalam kampus itu sendiri, baik yang intra kampus maupun yang ekstra kampus. Mahasiswa dituntut untuk bisa membagi waktu mereka dalam berkuliah dan berorganisasi. Jika tidak, maka akan ada
satu yang dikalahkan. Itu tergantung seberapa kuat niat awal dia berkuliah, apakah hanya sekedar cari ijazah atau yang lainnya.
Berbicara tentang berorganisasi, tak akan luput dari yang namanya perkumpulan bagi anggota-anggota organisasi masing-masing, baik dalam moment rapat atau kajian-kajian yang rutin diadakan oleh organisasi tersebut.
          Diskripsi Masalah
Fakta di lapangan yang kami temukan di suatu kampus adalah, banyak mahasiswa yang dalam berkumpul atas nama organisasinya masing-masing tersebut berprilaku kutas etis jika kita melihat kampus ini yang notabene merupakan kampus keislaman yang cukup mashur. Prilaku yang kami maksud tersebut adalah bentuk etika yang mereka lakukan dalam berkumpul.
Contohnya adalah berkumpulnya cowok dan cewek yang saling berdekatan, yang cewek kurang beretika, kadang tawa bahaknya nyaring sekali jika sudah berkumpul. Kebiasaan para cowoknya adalah merokok sembarangan di depan cewek, kadang juga berteriak, ada kontak antar cewek dan cowok yang bukan muhrim dan sebagainya.
Contoh diatas merupakan masalah etika sesama, kadang juga ada perkumpulan yang tidak beretika kepada tuhannya, semisal rapat atau perkumpulan yang mereka adakan kadang sampai menjelang maghrib sehingga ada yang shalatnya hampir telat dan parahnya ada yang memang sengaja tidak shalat dengan alasan capek, masih diajak ngobrol temannya setelah rapat, masih lanjut cangrkru’an dan sebagainya.
Tapi berbeda dengan organisasi yang basic orientasinya lebih kepada keislaman, mereka ketika berkumpul itu terlihat lebih beretika dan benar-benar mencerminkan sifat dari organisasi keislaman itu sendiri.
Maka hal ini kami rasa perlu untuk dijadikan bahan penelitian yang nantinya akan kita bahas dengan kacamata Psikologi Sosial.
      Persepsi Psikologi Sosial
Rumusan umum mengenai kelompok sosial menurut Sherif (12) adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdpat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. [1]
Dalam terbentuknya kelompok sosial yang beralih dari situasi kebersamaan itu, tenntulah akan terdapat pengaruh-pengaruh umum terhadap kegiatan individu demi individu, tetapi secara kongkret sukar untuk menentukan terlebih dahulu pengaruh apa dan kegiatan-kegiatan apa yang akan timbul dari setiap individu dalam situasi kelompok sosial. Akan tetapi, bahwa situasi sosial akan merangsang timbulnya kegiatan-kegitan khusus dari invidu, itu sudah pasti.
Maka, mungkinlah individu-individu yang dalam kehidupan sehari-hari agak pendiam dalam situasi pembentukan kelompok sosial itu tiba-tiba dirangsang untuk berkegiatan secara menguntungkan bagi kelompok secara keseluruhan. Dan, dengan demikian, situasi sosial itu dapat merangsang reaksi-reaksi berlainan dari individu-individu yang bakal menjadi anggota kelompok.
Disamping itu, masing-masing juga berbeda kecakapan-kecakapannya sehingga atas dasar perbedaan-perbedaan dalam kemampuan dan kecakapan antar anggota kelompok yang dirangsang oleh situasi sosial itu maka terjadilah pembagian tugas yang khas antar anggota-anggotanya sesuai dengan kecakapannya untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan kelompok secara bekerja sama. Demikianlah, lambat laun terjadi struktur kelompok yang khas serta norma-norma dan pedoman-pedoman pelaksanaan kegiatan-kegiatan kelompok, dan yang makin menegaskan berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda di antara kelompok itu.[2]

      Analisis Penelitian
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa, anggota organisasi yang awalnya pendiam bisa berubah menjadi lebih agresif ketika ada dalam kegiatan atau perkumpulan organisasi yang ia ikuti.
Mahasiswa dan mahasiswi yang mempunya background pendidikan dan keluaraga yang berbeda akan terlihat berbeda pula ketika berkumpul dalam organisasi. Mahasiswa dan mahasiswi yang terbentuk dari pendidikan keagamaan dan keluarga baik-baik dan religius akan lebih menjaga perilaku dan ucapannya ketika berkumpul dengan teman-temannya dan tidak mudah terpengaruh oleh suasana dan keadaan organisasi tersebut.
Sebaliknya, mahasiswa dan mahasiswi yang terbentuk dari pendidikan minus pelajaran keagamaan dan dari keluarga yang tidak terlalu fanatik atau religius akan sulit menjaga perilakunya yang dinilai orang lain sebagai perilaku kurang etis baik dalam perbuatan maupun ucapannya. Juga kemungkina untuk terpengaruh oleh teman-temannya pun juga besar maka tidak heran jika terjadi problema seperti yang telah digambarkan di awal tadi.
Dr. Gerungan dalam bukunya Psikolgi Sosial menjelaskan bahwa, banyak sekali sikap, attitude kehidupan yang terdapat pada kelompok mahasiswa (norma-norma dan attitude membership-group-nya) sudah berlainan dengan attitude-attitude dan kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku kelompok keluarganya (norma dan attitude-reference-group-nya). Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan :
a.       Ia bertahan pada norma dan attitude-attitude kehidupan kelompok keluarga (reference-group-nya).
b.      Ia melepaskan norma dan attitude-attitude reference-group-nya itu dan menyesuaikan diri dengan norma dan attitude-attitude dari membership-group-nya sehingga dengan demikian ia menyetujui norma attitude yang baru itu, dengan demikian reference-group-nya bukan lagi kelompok keluarga melainkan kelompok mahasiswanya.[3]
Proses yang terakhir ini disebut shifting of reference group dimana terjadi perubahan attitude-attitude-nya itu. Jadi kesimpulan dari penelitian tentang Problem Perkumpulan di kampus ini adalah, attitude-attitude orang dapat berubah karena shifting of reference group seperti diatas.




DAFTAR PUSTAKA

        Gerungan, Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2010


[1] Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych, Psikoloogi Sosial, (Bandung: Refika Aditama,2010),hlm. 91
[2] Ibid,hlm. 99
[3] Ibid,hlm. 170-171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar