Kamis, 10 Oktober 2013

Emosi dalam Hubungannya dengan Motivasi



PEMBAHASAN
A.    Pengertian Emosi
Menurut William James (dalam wedge, 1995), emosi adalah “kecenderungan untuk memiliki perasaan yang  khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Crow & Crow (1962) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu ynag berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.[1]
Menurut Chaplin emosi itu cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dari berbagai orientasi. Namun demikian
dapat dikemukakan atas general agreement bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.[2] Dan emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lebih singkat, berbeda dengan suasana hati. Karena pada umumnya suasana hati itu belangsung dalam waktu yang lebih lama daripada emosi.
Woodworth dan Marquis mengatakan bahwa “emotion is moved or stirred-upstate of the individual”.[3] Emosi sebagai perasaan bergejolak di dalam individu disertai dengan perubahan-perubahan fisiologis tubuh, misalnya kontraksi-kontraksi otot, sekresi kelenjar-kelenjar tertentu, peredaran darah cepat, denyut jantung cepat.
Selain itu juga tindakan-tindakan atau tingkah laku tertentu, misalnya menangis (emosi sedih), tertawa terbahak-bahak (emosi bahagia), menari-nari, berpelukan, mencubit, mengucapkan kata-kata tertentu. Maka orang yang sedang mengalami emosi dapat jelas tampak pada orang tersebut. Itu menurut Woodworth dan Marquis
Dari beberapa definisi yang telah disampaikan diatas, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa emosi adalah perasaan yang bergejolak, yang seakan-akan menggetarkan dan menggerakkan seseorang, sehingga nampak dari luar. Misalnya orang yang sedang mengalami emosi marah, tampak mukanya berwarna merah padam, bibir bergetar, mata bersinar tajam tangan mengepal-ngepal dan sebagainya. Sering juga diikuti dengan suara yang keras, caci maki, tindakan-tindakan kasar dan bentuk yang lain.
 
B.     Gejala-gejala Emosi
Dalam upaya  menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori. Teori-teori tersebut adalah:
1.      Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer[4]
“Teori Emosi Dua-Faktor” Schachter-singer dikenal dengn teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi yang diidamkan, emosi yang timbul adalah senang. Sebaliknya jika rangsangannya membahayakan misalnya melihat ular berbisa, emosi yang ditimbulkan yaitu takut.
Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran atribusi dalam emosi mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat dikenal yang dipublikasikan oleh Stanley Schachter dan Jerome Singer pada tahun 1962. (Konsepsi Berkowitz tentang bagaimana fikiran tingkat-tinggi relative primitive, dan emosional, dipengaruhi oleh formulasi ini). Semua pembahasan tentang peran kognisi dalam proses terjadinya kemarahan, sangatlah tidak lengkap tanpa pembahasan tentang teori ini.
Schachter dan Singer memulai analisis mereka dengan mempertanyakan pandangan yang dikemukakan oleh William James dkk. Bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurut Schachter dan Singer kita tidak merasa marah karena ketegangan otot kita, karena kita secara umum jengkel, dan kita mempunyai berbagai kognisi tentang sifat kejengkelan kita.
Teorinya, ketika seseorang menghadapi kejadian yang membangkitkan emosi, umumnya pertama-tama ia akan mengalami gangguan fisiologis netral dan tidak jelas. Secara teoritis, yang terjadi kemudian tergantung apakah ia mengetahui mengapa ia merasa jengkel dan bagaimana perasaannya jika ia tidak yakin mengenai emosi apa yang dirasakannya, kemungkinan ia akan mencari jawaban pada situasi yang mungkin membantunya memahami apa yang sedang dirasakannya. Namun, jika sejak awal dia menyadari apa yang mengganggu fikiran dan perasaan yang sedang dialaminya, ia tidak harus mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi, karena ia sudah tahu. Bagaimapun halnya, menurut Schachter dan Singer orang yang jengkel itu kemudian akan membentuk keyakinan tentang apa yang dirasakannya, dan kognisi ini akan membentuk kejengkelan umum yang tidak jelas menjadi suasana emosional tertentu.
2.      Teori Emosi James-Lange[5]
Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi kita senang karena kita meloncat-loncat setelah melihat pengumuman kelulusan dan takut karena kita lari setelah melihat ular.
William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark telah mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan, suatu teori tentang emosi yang mirip satu sama lainnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori James-Lange.
Menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yag terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi jika seseorang melihat harimau misalnya, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung maki cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons tubuh tadi kemudian dipersepsikan da timbullah rasa takut. Rasa takut tadi timbul karena hasil pengalaman dan proses belajar. Orang yang bersangkutan dari hasil pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai takut.
Menurut kedua ahli ini, emosi terjadi karena adanya perubahan pada system vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan prubahan fisiologis dan perubahan psikologis yag disebut emosi. Dengan kata lain, menurut James-Lange seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan senang karena tertawa.
Dengan demikian James melihat adanya empat langkah dalam proses terjadinya suasana emosional, yaitu:
a.       Kejadian itu difahami
b.      Implus bergerak dari system syaraf pusat ke otot, kulit, dan organ dalam
c.       Sensasiyang disebabkan perubahan bagian-bagian tubuh tersebut yang disalurkan kembali ke otak
d.      Implus balik itu kemudian difahami oleh otak, dan setelah dikombinasikan dengan persepsi stimulus pertama, menghasilkan objek dirasakan secara emosional
Jadi kata James, bukan penilaian yang menyebabkan suasana emosional, tapi reaksi tubuh kita terhadap interpretasi ini. Kita takut karena lari, dan kita marah karena otot kita menegang, tangan kita mengepal, gigi gemertak dan perut mual.
3.      Teori sentral C.S. Sherrington dan W.B. Cannon[6]
Kedua sarjana ini adalah masing-masing sebagai fisiolog dan psikolog. Sherrington mengadakan eksperimen dengan mengoperasi saraf-saraf yang membawa rangsang dari bagian bawah pada anjing, tetapi anjing masih pula menunjukkan gejala-gejala emosi seperti mula-mula, misalnya rasa takut, marah, senang dan sebagainya. Orang yang semula menyebabkan kemarahan anjing, tetap membuktikan emosi marah, misalnya mata terbuka lebar, melonjak-lonjak, mau menggigit, pupil terbuka, sebaliknya orang yang memberi makanan diterima dengan emosi senang. Disini terbukti bahwa sensasi ferifeer bukanlah sumber satu-satunya pada emosi.
Sedangkan Cannon menyelidiki lebih lanjut. Dia mengoperasi syaraf symphatis pada kucing, dimana emosi marah bergantung pada syaraf tersebut. Ternyata kucing masih menujukkan emosi marah, misalnya melonjak-lonjak, mengisis giginya, telinganya tegak ke belakang, mencakar-cakar, semua emosi marah kucing masih seperti sediakala.
Dari penyelidikan-penyelidikan Sherrington dan Cannon tersebut, mareka menyimpulkan bahwa gejala emosi tidak berasal dari sensasi ferifeer tetapi sentral yaitu dari cortex otak. Pada manusia juga mendukung pendapat terakhir ini. Ada seorang pengendara kuda jatuh dan patah lehernya, sehingga syaraf spinalisnya putus dan tidak dapat berfungsi lagi, tetapi penderita ini masih memperlihatkan gejala-gejala emosi seperti ketika masih sehat.

C.    Motivasi

1.      Pengertian Motivasi

Pada umumnya banyak orang memahami tentang motivasi adalah sebuah ucapan yang bisa mendorong dan memberi semangat,namun menurut kami yang dimaksud dengan motivasi adalah segala sesuatu yang bisa bemberikan dorongan serta semangat kepada orang lain sehingga membuat dia mau untuk melakukan hal yang lebih baik dengan kemauannya sendiri tanpa adanya paksaan dalam bentuk apapun.Mempengaruhi pada emosi seseorang,bahkan motivasi bisa dikatakan sebagai jalan utama alat yang kuat untuk mendongkrak emosi seseorang untuk menjadi lebih baik.Motivasi merupakan dorongan untuk membangun rasa dalam diri,membangun kekuatan untuk melakukan hal yang khas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Merupakan proses untuk mendorong diri.[7]
Jadi motivasi itu bukan berupa kata-kata saja,akan tetapi juga bisa berupa tulisan,gambar atau apapun.Yang paling utama bahwa sesuatu yang bisa dikatakan sebagai motivasi adalah segala sesuatu yang bisa memberikan semangat.Berasal dari faktor eksternal juga internal,seperti dicontohkan dengen rasa lapar,kebutuhan untuk makan,jika tidak memperolah makanan maka tidak akan mampu untuk bertahan hidup,tubuh akan dilengkapi dengan tanda-tanda bahaya yang bekerja bilamana tubuh memerlukan makanan.Kegiatan-kegiatan “berakal” yang merupakan unsur alasan paling penting yang dimiliki manusia yang diyakini serta diarahkan oleh dorongan rasa lapar,dalam arti,rasa lapar itu akan merangsang kegiatan sampai makanan menghentikan tanda-tanda bahaya tersebut.
Suatu kemajuan dari ahli psikologi pada akhirnya membedakan antara makan dan alasan untuk makan.Psikologi yang didasarkan atas akal sehat memberikan kesan bahwa semakin banyak seorang makan,semakin banyak pula keinginannya untuk makan.
Begitu pula semakin banyak seseorang itu mencapai,semakin banyak pula yang ingin dicapainya.[8]
Pasa ahli psikologi meninjau berbagai rangsangan tersebut sebagai kekuatan yang merangsang tingkah laku manusia sampai tubuh menghentikannya dengan sesuatu yang dilakukannya.
Menurut Freud bahwa daya motif yang umum yang dinamakan “libido”,merangsang manusia untuk menemukan cara-cara terbaik untuk memuaskan atau membelokkannya ke arah sasaran yang lain.
2.      Motif dan Motivasi
Pada dasarnya motif merupakan pengertian yang melingkupi penggerak.Alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusialah yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu.
Giddens (1991:64) mengartika motif sebagau impuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia  sepanjang tindakan kognitif/perilaku kearah pemuasan kebutuhan.
Nasutian menjelaskan bahwa motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melekukan sesuatu.
R.S.Woodworth mengartikan  motif sebagai suatu set yang dapat atau mudah menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (berbuat sesuatu) dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara etimologis,motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive,berasal dari kata motion,yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yag bergerak”.Jadi istilah motive erat berkaitan dengan “gerak”,yakni gerakan yang dilakukan oleh amnusia,atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku.Motif dalam psikologi berarti rangsangan,dorongan,atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Selain motif,dalam psikologi dikenal pula istilah motivasi.Sebenarnya motivasi merupakan istilah yang lebih umum  yang menunjuk pada seluruh  proses gerakan,termasuk situasi yang mendorong,dorongan yang timbu dalam diri individu,tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.Karena itu bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif,membangkitkan daya gerak,atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Menurut Dister setiap tingkah laku manusia untuk mewujudkan motifnya dipengaruhi oleh tiga faktor,di antaranya


1.      Dorongan Spontan Mnusia
Terdapat kecenderungan yang bersifat spontan,dorongan ini timbuldengan sendirinya dan tidak ditimbulkan ma usia dengan sengaja,dorongan seperti ini bersifat alamiah dan bekerja otomatis.

2.      Ke-aku-an sebagai Inti-pusat Kepribadian Manusia
Suatu dorongan yang bersifat spontan  “terjadi pada diri manusia”dapat ia jadikan miliknya sendiri,kalau ia menanggapi dorongan itu secara positif.Ia mengiyai,menyetujui dorongan itu.Merasa menjadi miliknya sendiri.

3.      Situasi atau Lingkungan Hidup Manusia
Dalam melakukan tindakannya manusia berlaku dari keinginan dirinya sendiri,namun disisi lain manusia juga dipengaruhi oleh faktor keadaan dirinya,situasti dirinya dan juga lingkungan sekitarnya yang mampu memberikan pengaruh baginya.

3.      Lingkaran Motivasi
a.       Kebutuhan
Motif pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik,tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
Teori-Teori Kebutuhan

·         Hierarki Kebutuhan Maslow
·         Teori ERG (Existence,Relatedness,Growth)
·         Teori Motivasi Dua Faktor
·         Teori Desakan Kebutuhan Murray
·         Teori Harapan Vroom
b.      Tingkah Laku (Behavioral)
Termasuk unsur dari lingkaran motivasi adalah tingkah laku yang dipergunakan sebagai cara atau alat yang dipergunakan agar suatu tujuan bisa tercapai.Jadi pada dasarnya tingkah laku muncul untuk mewujudkan suatu tujuan yang diinginkan tercapai.
c.       Tujuan
Tujuan yang berfungsi untuk memotivasikan tingkah laku.Tujuan juga akan menentukan seberapa aktifnya seorang individu akan bertingkah laku,sebab jika tujuan dari seorang individu menarik maka dia juga akan semakin aktif untuk malaksanakan tingkah lakunya.

4.      Klasifikasi Motif
a.       Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif primer dipengaruhi oleh keadaan organik individu yang bersifat bawaan,sangat bergantung pada keadaan fisiologis seseorang misalkan motif lapar,haus,seks,bernafas,istrahat.
Sedangkan motif sekunder adalah motif yang tidak diengaruhi oleh keadaan fisiologis tubuh individu,tidak dipengaruhi olah organ tubuh individu juga tidak bersifat bawaan.Seperti rasa sakit,rasa takut,dsb.
b.      Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang bekerja secara otomatis berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar.Dalam diri individu sendiri sudah ada dorongan untuk itu,berasal dari keinginannya sendiri.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang berasal dari adanya faktor luar,karena adanya perangsang dari luar.Seperti halnya seorang yang mengikuti lomba karena ingin mendapatkan hadiah.
c.       Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif tunggal disini dimaksudkan jika individu hany mempunyai satu tujuan atau hanya cukup satu target saja yang ingin dia dapatkan,sedangkan motif bergabug ialah bahwa dalam satu kegiatan yang dia lakukan,individu mempunyai tujuan lain (memiliki lebih dari satu tujuan) yang ingin dia capai.
d.      Motif Mendekat dan Motif Menjauh
Motif ini lebih diprioritaskan bagaimana respon seorang individu terhadap sesuatu,bagaimanakah stimulas yang dia berikan terhadap hal-hal yang dia dapatkan,jika respn stimulusnya menerima rangsangan maka motifnya mendekati stimulus sehingga disebut stimulus positif,sedangkan sebaliknya dikatakan motif menjauh jika individu memberikan respon yang menjauhi stimulus,maka disebut stimuus negatif.
e.       Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Pembagian motif ini didasarkan pada taraf kesadaran manusia terhadap moTif yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya.
Apabila ada seorang individu bertingkah laku tertentu namun dia tidak mampu menjelaskan alasannya maka motif yang sedang dia laksanakan adalah motif tidak sadar.namun sebaliknya jika seorang individu melakukan tidakan dan diapun juga mampu manjalaskan alasan mengapa dia berbuat demikian maka bisa dikatakan motifnya adalah motif sadar.
Klasifikasi Motivasi
·         Dasar : sudah ada sejak lahir,tanpa harus dipelajari.
·   Sosial : perkambangan dari motif dasar,bagaimana seseorang berproses      untuk menghasilkan dari motif dasar (pengaplikasian dari motif dasar).
·  Objektif : Objektif dimisalkan dalam eksplorasi,dalam penelitian dituntut untuk objektif,manipulasi,minat.

D.    Emosi Dalam Hubungannya Dengan Motivasi

Setieap tahap perkembangan memiliki karakteristik yang tersendiri.Misalkan pada masa menyusui bentuk emosinya aadalah reaksi terhadap kekurangan biologis,seperti lapar,haus,mulas,sakit,perubahan iklim,emosi yang terkait reaksi-reaksi tersebur adalah menangis,teriakan dan sebagainya.
Pada masa TK,anak memiliki emosi yang kian meningkat,seperti sering berinteraksi dengan orang lain sejak keLuAr rumah.Sering banyaknya persinggungan dan interaksi,emosi juga akan semakin meningkat.Hargai perasaannya dalam berinteraksi,jangan beri beban atau tekanan di luar batas kamampuannya.Pada kesimpulannya setiap tahap memiliki perbedaan,perlu menjaga perasaan dan emosinya[9].
Sangat erat kaitan antara emosi dengan motivasi.Hal ini disebabkan karena motivasi sangat berperan penting dalam pembentuk dan pembangun emosi seseorang untuk melakukan dan mewujudkan apa yang ingin dilakukan seseorang dan untuk tujuan apa seseorang itu melakukan sesuatu tersebut.
Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian pengertian dan semuanya yang berkaitan dengan emosi dan motivasi dapat diambil kesimpulan bahwa emosi sangatlah dipengaruhi oleh motivasi untuk membangun potensi yang ada pada dirinya,situasi yang ada dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya.Ketiga aspek tersebut sangat mempengaruhi perbuatan dan tingkah laku yang dia kerjakan seorang individu.






DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu.Psikologi Umum.(Jakarta:Rineka Cipta),2009

Fudyartanta,Ki.Psikologi Umum.(Yogyakarta:Pustaka Pellajar).2011

Riyadh,Sa’ad.Tanya Jawab Psikologi Muslimah 133 Persoalan Pribadi Wanita dari Anak-     Anak Hingga Usia Lanjut.(Kartasura:Aqwam Jembatan Ilmu).2009
Shobur,Alex.Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. (Bandung:Pustaka Setia),2003
Walgito,Bima.Pengantar Psikologi Umum.(Yogyakarta:CV Andi),2010


[1] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 399.
[2] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (C.V ANDI, Yogyakarta: 2010), hal. 222.
[3] Ki Fudyartanta, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2011), hal. 338
[4] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 401.
[5] Ibid, hal. 402.
[6] Ki Fudyartanta, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2011), hal. 342.
[7] Pengertian motivasi-emosi.html
[8] Ibid,hal 264
[9] DR.Sa’ad Riyadh,Tanya Jawab Psikologi Muslimah 133 Persoalan Pribadi Wanita dari Anak-Anak Hingga Usia Lanjut.Kartasura.Aqwam Jembatan Ilmu.2009.hal 39-40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar