PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Menurut
William James (dalam wedge, 1995), emosi adalah “kecenderungan untuk memiliki
perasaan yang khas bila berhadapan
dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Crow & Crow (1962) mengartikan
emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu ynag berfungsi
sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan
dan keselamatan individu.[1]
Menurut
Chaplin emosi itu cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi
dari berbagai orientasi. Namun demikian
dapat dikemukakan atas general agreement bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.[2] Dan emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lebih singkat, berbeda dengan suasana hati. Karena pada umumnya suasana hati itu belangsung dalam waktu yang lebih lama daripada emosi.
dapat dikemukakan atas general agreement bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.[2] Dan emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lebih singkat, berbeda dengan suasana hati. Karena pada umumnya suasana hati itu belangsung dalam waktu yang lebih lama daripada emosi.
Woodworth
dan Marquis mengatakan bahwa “emotion is moved or stirred-upstate of the individual”.[3]
Emosi sebagai perasaan bergejolak di dalam individu disertai dengan
perubahan-perubahan fisiologis tubuh, misalnya kontraksi-kontraksi otot,
sekresi kelenjar-kelenjar tertentu, peredaran darah cepat, denyut jantung
cepat.
Selain itu juga tindakan-tindakan atau
tingkah laku tertentu, misalnya menangis (emosi sedih), tertawa terbahak-bahak
(emosi bahagia), menari-nari, berpelukan, mencubit, mengucapkan kata-kata
tertentu. Maka orang yang
sedang mengalami emosi dapat jelas tampak pada orang tersebut. Itu
menurut Woodworth
dan Marquis
Dari beberapa definisi yang telah
disampaikan diatas, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa emosi adalah perasaan
yang bergejolak, yang seakan-akan menggetarkan dan menggerakkan seseorang,
sehingga nampak dari luar. Misalnya
orang yang sedang mengalami emosi marah, tampak mukanya berwarna merah padam,
bibir bergetar, mata bersinar tajam tangan mengepal-ngepal dan sebagainya.
Sering juga diikuti dengan suara yang keras, caci maki, tindakan-tindakan kasar dan
bentuk yang lain.
B. Gejala-gejala
Emosi
Dalam upaya
menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi, para ahli
mengemukakan beberapa teori. Teori-teori tersebut adalah:
1. Teori Emosi
Dua-Faktor Schachter-Singer[4]
“Teori
Emosi Dua-Faktor” Schachter-singer dikenal dengn teori yang paling klasik yang
berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama
(hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, dan sebagainya),
namun jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi yang
diidamkan, emosi yang timbul adalah senang. Sebaliknya jika rangsangannya
membahayakan misalnya melihat ular berbisa, emosi yang ditimbulkan yaitu takut.
Menurut
Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran atribusi dalam emosi
mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat dikenal yang dipublikasikan oleh
Stanley Schachter dan Jerome Singer pada tahun 1962. (Konsepsi Berkowitz
tentang bagaimana fikiran tingkat-tinggi relative primitive, dan emosional,
dipengaruhi oleh formulasi ini). Semua pembahasan tentang peran kognisi dalam
proses terjadinya kemarahan, sangatlah tidak lengkap tanpa pembahasan
tentang teori ini.
Schachter
dan Singer memulai analisis mereka dengan mempertanyakan pandangan yang
dikemukakan oleh William James dkk. Bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari
reaksi-reaksi tubuh tertentu. Menurut Schachter dan Singer kita tidak merasa
marah karena ketegangan otot kita, karena kita secara umum jengkel, dan kita
mempunyai berbagai kognisi tentang sifat kejengkelan kita.
Teorinya,
ketika seseorang menghadapi kejadian yang membangkitkan emosi, umumnya
pertama-tama ia akan mengalami gangguan fisiologis netral dan tidak jelas.
Secara teoritis, yang terjadi kemudian tergantung apakah ia mengetahui mengapa
ia merasa jengkel dan bagaimana perasaannya jika ia tidak yakin mengenai emosi
apa yang dirasakannya, kemungkinan ia akan mencari jawaban pada situasi yang
mungkin membantunya memahami apa yang sedang dirasakannya. Namun, jika sejak awal
dia menyadari apa yang mengganggu fikiran dan perasaan yang sedang dialaminya,
ia tidak harus
mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi, karena
ia sudah tahu. Bagaimapun halnya, menurut Schachter dan Singer orang yang
jengkel itu kemudian akan membentuk keyakinan tentang apa yang dirasakannya,
dan kognisi ini akan membentuk kejengkelan umum yang tidak jelas menjadi
suasana emosional tertentu.
2. Teori Emosi
James-Lange[5]
Dalam teori
ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi kita senang karena kita
meloncat-loncat setelah melihat pengumuman kelulusan dan takut karena kita lari
setelah melihat ular.
William
James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark telah
mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan, suatu teori tentang emosi yang
mirip satu sama lainnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori
James-Lange.
Menurut
teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan
yag terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang
dari luar. Jadi jika seseorang melihat harimau misalnya, reaksinya adalah
peredaran darah makin cepat karena denyut jantung maki cepat, paru-paru lebih
cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons tubuh tadi kemudian
dipersepsikan da timbullah rasa takut. Rasa takut tadi timbul karena hasil
pengalaman dan proses belajar. Orang yang bersangkutan dari hasil pengalamannya
telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu
debaran jantung dipersepsikan sebagai takut.
Menurut
kedua ahli ini, emosi terjadi karena adanya perubahan pada system vasomotor
(otot-otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan prubahan fisiologis dan
perubahan psikologis yag disebut emosi. Dengan kata lain, menurut James-Lange
seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan senang karena tertawa.
Dengan
demikian James melihat adanya empat langkah dalam proses terjadinya suasana
emosional, yaitu:
a. Kejadian itu
difahami
b. Implus bergerak
dari system syaraf pusat ke otot, kulit, dan organ dalam
c. Sensasiyang
disebabkan perubahan bagian-bagian tubuh tersebut yang disalurkan kembali ke
otak
d. Implus balik itu
kemudian difahami oleh otak, dan setelah dikombinasikan dengan persepsi
stimulus pertama, menghasilkan objek dirasakan secara emosional
Jadi kata
James, bukan penilaian yang menyebabkan suasana emosional, tapi reaksi tubuh
kita terhadap interpretasi ini. Kita takut karena lari, dan kita marah karena
otot kita menegang, tangan kita mengepal, gigi gemertak dan perut mual.
3. Teori sentral
C.S. Sherrington dan W.B. Cannon[6]
Kedua
sarjana ini adalah masing-masing sebagai fisiolog dan psikolog. Sherrington
mengadakan eksperimen dengan mengoperasi saraf-saraf yang membawa rangsang dari
bagian bawah pada anjing, tetapi anjing masih pula menunjukkan gejala-gejala
emosi seperti mula-mula, misalnya rasa takut, marah, senang dan sebagainya.
Orang yang semula menyebabkan kemarahan anjing, tetap membuktikan emosi marah,
misalnya mata terbuka lebar, melonjak-lonjak, mau menggigit, pupil terbuka,
sebaliknya orang yang memberi makanan diterima dengan emosi senang. Disini
terbukti bahwa sensasi ferifeer bukanlah sumber satu-satunya pada emosi.
Sedangkan
Cannon menyelidiki lebih lanjut. Dia mengoperasi syaraf symphatis pada kucing,
dimana emosi marah bergantung pada syaraf tersebut. Ternyata kucing masih menujukkan emosi marah, misalnya melonjak-lonjak,
mengisis giginya, telinganya tegak ke belakang, mencakar-cakar, semua emosi
marah kucing masih seperti sediakala.
Dari
penyelidikan-penyelidikan Sherrington dan Cannon tersebut, mareka menyimpulkan
bahwa gejala emosi tidak berasal dari sensasi ferifeer tetapi sentral yaitu
dari cortex otak. Pada manusia juga mendukung pendapat terakhir ini. Ada
seorang pengendara kuda jatuh dan patah lehernya, sehingga syaraf spinalisnya
putus dan tidak dapat berfungsi lagi, tetapi penderita ini masih memperlihatkan
gejala-gejala emosi seperti ketika masih sehat.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Pada umumnya banyak orang memahami
tentang motivasi adalah sebuah ucapan yang bisa mendorong dan memberi
semangat,namun menurut kami yang dimaksud dengan motivasi adalah segala sesuatu
yang bisa bemberikan dorongan serta semangat kepada orang lain sehingga membuat
dia mau untuk melakukan hal yang lebih baik dengan kemauannya sendiri tanpa
adanya paksaan dalam bentuk apapun.Mempengaruhi pada emosi seseorang,bahkan
motivasi bisa dikatakan sebagai jalan utama alat yang kuat untuk mendongkrak
emosi seseorang untuk menjadi lebih baik.Motivasi merupakan dorongan untuk
membangun rasa dalam diri,membangun kekuatan untuk melakukan hal yang khas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.Merupakan proses untuk mendorong diri.[7]
Jadi motivasi itu bukan berupa
kata-kata saja,akan tetapi juga bisa berupa tulisan,gambar atau apapun.Yang
paling utama bahwa sesuatu yang bisa dikatakan sebagai motivasi adalah segala
sesuatu yang bisa memberikan semangat.Berasal dari faktor eksternal juga
internal,seperti dicontohkan dengen rasa lapar,kebutuhan untuk makan,jika tidak
memperolah makanan maka tidak akan mampu untuk bertahan hidup,tubuh akan
dilengkapi dengan tanda-tanda bahaya yang bekerja bilamana tubuh memerlukan
makanan.Kegiatan-kegiatan “berakal” yang merupakan unsur alasan paling penting
yang dimiliki manusia yang diyakini serta diarahkan oleh dorongan rasa
lapar,dalam arti,rasa lapar itu akan merangsang kegiatan sampai makanan
menghentikan tanda-tanda bahaya tersebut.
Suatu kemajuan dari ahli psikologi
pada akhirnya membedakan antara makan dan alasan untuk makan.Psikologi yang
didasarkan atas akal sehat memberikan kesan bahwa semakin banyak seorang
makan,semakin banyak pula keinginannya untuk makan.
Begitu pula semakin banyak
seseorang itu mencapai,semakin banyak pula yang ingin dicapainya.[8]
Pasa ahli psikologi meninjau
berbagai rangsangan tersebut sebagai kekuatan yang merangsang tingkah laku
manusia sampai tubuh menghentikannya dengan sesuatu yang dilakukannya.
Menurut Freud bahwa daya motif yang
umum yang dinamakan “libido”,merangsang manusia untuk menemukan cara-cara
terbaik untuk memuaskan atau membelokkannya ke arah sasaran yang lain.
2.
Motif
dan Motivasi
Pada dasarnya motif merupakan pengertian
yang melingkupi penggerak.Alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusialah yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu.
Giddens (1991:64) mengartika motif
sebagau impuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang tindakan kognitif/perilaku kearah
pemuasan kebutuhan.
Nasutian menjelaskan bahwa motif adalah
segala daya yang mendorong seseorang untuk melekukan sesuatu.
R.S.Woodworth mengartikan motif sebagai suatu set yang dapat atau mudah
menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (berbuat
sesuatu) dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara etimologis,motif atau dalam
bahasa Inggrisnya motive,berasal dari kata motion,yang berarti
“gerakan” atau “sesuatu yag bergerak”.Jadi istilah motive erat berkaitan dengan
“gerak”,yakni gerakan yang dilakukan oleh amnusia,atau disebut juga dengan
perbuatan atau tingkah laku.Motif dalam psikologi berarti rangsangan,dorongan,atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Selain motif,dalam psikologi dikenal
pula istilah motivasi.Sebenarnya motivasi merupakan istilah yang lebih
umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan,termasuk situasi yang mendorong,dorongan
yang timbu dalam diri individu,tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan atau
akhir dari gerakan atau perbuatan.Karena itu bisa juga dikatakan bahwa motivasi
berarti membangkitkan motif,membangkitkan daya gerak,atau menggerakkan seseorang
atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan
atau tujuan.
Menurut Dister setiap tingkah laku
manusia untuk mewujudkan motifnya dipengaruhi oleh tiga faktor,di antaranya
1.
Dorongan Spontan
Mnusia
Terdapat kecenderungan yang bersifat spontan,dorongan
ini timbuldengan sendirinya dan tidak ditimbulkan ma usia dengan
sengaja,dorongan seperti ini bersifat alamiah dan bekerja otomatis.
2.
Ke-aku-an
sebagai Inti-pusat Kepribadian Manusia
Suatu dorongan yang bersifat spontan “terjadi pada diri manusia”dapat ia jadikan
miliknya sendiri,kalau ia menanggapi dorongan itu secara positif.Ia
mengiyai,menyetujui dorongan itu.Merasa menjadi miliknya sendiri.
3.
Situasi atau
Lingkungan Hidup Manusia
Dalam melakukan tindakannya manusia berlaku dari
keinginan dirinya sendiri,namun disisi lain manusia juga dipengaruhi oleh
faktor keadaan dirinya,situasti dirinya dan juga lingkungan sekitarnya yang
mampu memberikan pengaruh baginya.
3.
Lingkaran
Motivasi
a.
Kebutuhan
Motif pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu
dorongan fisik,tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada
pemuasan kebutuhan.
Teori-Teori Kebutuhan
·
Hierarki
Kebutuhan Maslow
·
Teori ERG
(Existence,Relatedness,Growth)
·
Teori Motivasi
Dua Faktor
·
Teori Desakan
Kebutuhan Murray
·
Teori Harapan
Vroom
b.
Tingkah Laku
(Behavioral)
Termasuk unsur dari lingkaran motivasi adalah
tingkah laku yang dipergunakan sebagai cara atau alat yang dipergunakan agar
suatu tujuan bisa tercapai.Jadi pada dasarnya tingkah laku muncul untuk
mewujudkan suatu tujuan yang diinginkan tercapai.
c.
Tujuan
Tujuan yang berfungsi untuk memotivasikan tingkah
laku.Tujuan juga akan menentukan seberapa aktifnya seorang individu akan
bertingkah laku,sebab jika tujuan dari seorang individu menarik maka dia juga
akan semakin aktif untuk malaksanakan tingkah lakunya.
4.
Klasifikasi
Motif
a.
Motif Primer dan
Motif Sekunder
Motif primer dipengaruhi oleh keadaan organik
individu yang bersifat bawaan,sangat bergantung pada keadaan fisiologis
seseorang misalkan motif lapar,haus,seks,bernafas,istrahat.
Sedangkan motif sekunder adalah motif yang tidak
diengaruhi oleh keadaan fisiologis tubuh individu,tidak dipengaruhi olah organ
tubuh individu juga tidak bersifat bawaan.Seperti rasa sakit,rasa takut,dsb.
b.
Motif Intrinsik
dan Motif Ekstrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang bekerja secara
otomatis berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar.Dalam diri individu sendiri
sudah ada dorongan untuk itu,berasal dari keinginannya sendiri.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang berasal
dari adanya faktor luar,karena adanya perangsang dari luar.Seperti halnya
seorang yang mengikuti lomba karena ingin mendapatkan hadiah.
c.
Motif Tunggal
dan Motif Bergabung
Motif tunggal disini dimaksudkan jika individu hany
mempunyai satu tujuan atau hanya cukup satu target saja yang ingin dia
dapatkan,sedangkan motif bergabug ialah bahwa dalam satu kegiatan yang dia
lakukan,individu mempunyai tujuan lain (memiliki lebih dari satu tujuan) yang
ingin dia capai.
d.
Motif Mendekat
dan Motif Menjauh
Motif ini lebih diprioritaskan bagaimana respon
seorang individu terhadap sesuatu,bagaimanakah stimulas yang dia berikan
terhadap hal-hal yang dia dapatkan,jika respn stimulusnya menerima rangsangan
maka motifnya mendekati stimulus sehingga disebut stimulus positif,sedangkan
sebaliknya dikatakan motif menjauh jika individu memberikan respon yang
menjauhi stimulus,maka disebut stimuus negatif.
e.
Motif Sadar dan
Motif Tak Sadar
Pembagian motif ini didasarkan pada taraf kesadaran
manusia terhadap moTif yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya.
Apabila ada seorang individu bertingkah laku
tertentu namun dia tidak mampu menjelaskan alasannya maka motif yang sedang dia
laksanakan adalah motif tidak sadar.namun sebaliknya jika seorang individu
melakukan tidakan dan diapun juga mampu manjalaskan alasan mengapa dia berbuat
demikian maka bisa dikatakan motifnya adalah motif sadar.
Klasifikasi Motivasi
·
Dasar : sudah
ada sejak lahir,tanpa harus dipelajari.
· Sosial :
perkambangan dari motif dasar,bagaimana seseorang berproses untuk menghasilkan dari motif dasar
(pengaplikasian dari motif dasar).
· Objektif :
Objektif dimisalkan dalam eksplorasi,dalam
penelitian dituntut untuk objektif,manipulasi,minat.
D. Emosi Dalam
Hubungannya Dengan Motivasi
Setieap tahap perkembangan memiliki
karakteristik yang tersendiri.Misalkan pada masa menyusui bentuk emosinya
aadalah reaksi terhadap kekurangan biologis,seperti
lapar,haus,mulas,sakit,perubahan iklim,emosi yang terkait reaksi-reaksi
tersebur adalah menangis,teriakan dan sebagainya.
Pada masa TK,anak memiliki emosi
yang kian meningkat,seperti sering berinteraksi dengan orang lain sejak keLuAr
rumah.Sering banyaknya persinggungan dan interaksi,emosi juga akan semakin
meningkat.Hargai perasaannya dalam berinteraksi,jangan beri beban atau tekanan
di luar batas kamampuannya.Pada kesimpulannya setiap tahap memiliki
perbedaan,perlu menjaga perasaan dan emosinya[9].
Sangat erat kaitan antara emosi
dengan motivasi.Hal ini disebabkan karena motivasi sangat berperan penting
dalam pembentuk dan pembangun emosi seseorang untuk melakukan dan mewujudkan
apa yang ingin dilakukan seseorang dan untuk tujuan apa seseorang itu melakukan
sesuatu tersebut.
Kesimpulan
Dari
keseluruhan uraian pengertian dan semuanya yang berkaitan dengan emosi dan
motivasi dapat diambil kesimpulan bahwa emosi sangatlah dipengaruhi oleh
motivasi untuk membangun potensi yang ada pada dirinya,situasi yang ada dalam
dirinya dan lingkungan sekitarnya.Ketiga aspek tersebut sangat mempengaruhi
perbuatan dan tingkah laku yang dia kerjakan seorang individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,Abu.Psikologi
Umum.(Jakarta:Rineka Cipta),2009
Riyadh,Sa’ad.Tanya
Jawab Psikologi Muslimah 133 Persoalan Pribadi Wanita dari Anak- Anak Hingga Usia Lanjut.(Kartasura:Aqwam
Jembatan Ilmu).2009
Shobur,Alex.Psikologi
Umum Dalam Lintas Sejarah. (Bandung:Pustaka Setia),2003
Walgito,Bima.Pengantar
Psikologi Umum.(Yogyakarta:CV Andi),2010
[1] Alex Sobur, Psikologi Umum,
(Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 399.
[2] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi
Umum, (C.V ANDI, Yogyakarta: 2010), hal. 222.
[3] Ki Fudyartanta, Psikologi Umum,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2011), hal. 338
[5] Ibid, hal. 402.
[6] Ki Fudyartanta, Psikologi Umum,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2011), hal. 342.
[7]
Pengertian motivasi-emosi.html
[8]
Ibid,hal 264
[9]
DR.Sa’ad Riyadh,Tanya Jawab Psikologi Muslimah 133 Persoalan Pribadi Wanita
dari Anak-Anak Hingga Usia Lanjut.Kartasura.Aqwam Jembatan Ilmu.2009.hal 39-40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar