menatap senja |
Syafaq, seorang mahasiswa yang raamah dan suka bergaul dengan banyak orang. Laki-laki yang senang menikmati keanekaragaman budaya dan adat teman-temannya yang notabene berasal dari berbagai pelosok negri ini. Ada yang dari Sumatra, Sulawesi, Jawa dan dari provinsi lainnya. Ia senang dengan keanekaragaman itu karena ia jadikan sebagai refrensi dalam memaknai, memahami dan menjalanikehidupan sosialnya.
Awalnya, jauh sebelum Syafaq duduk dalam bangku
perkuliahan, semasa SLTP iya berkeyakinan bahwa wanita hanyalah
sebagai
pengganggu dan sebagai beban jika dijadikan kekasih/pacar selama menempuh studi
pembelajaran. Kesimpulan tersebut ia ambil lantaran melihat temannya yang kala
itu sudah berpacara dan berdampak negatif pada studi pendidikannya, baik dalam
proses belajar atapun kesehariannya yang terlihat lebih menyibukkan diri hanya
dengan kekasihnya itu saja. Keyakinan ini ia pegang teguh selama hampir 6 tahun
sejak SLTP sampai lulus SLTA.
Syafaq lebih senang berteman dan berteman,
ketimbang harus berpacaran selama masih studi, dan ini membuatnya lebih fokus
untuk belajar. Sebagai buktinya, Syafaq selalu mendapat rangking pertama dari
kelas X sampai lulus. Dan nilainya itu pun adalah nilai tertinggi diantara
kelas putra dan kelas putri, karena tempat dimana ia belajar itu dipisah anatara
kelas putra dan kelas putri.
Sampai pada saat yang tak terduga pun datang, ia
diterima disalah satu perguruan tinggi ternama di Surabaya melalui program
beasiswa dari pemerintah. Dari sinilah kisah ini dimulai, kisah seorang Syafaq,
seorang yang layak menyanding nama yang punya arti Senja, yah betul sekali, ia
bagaikan senja yang menenangkan dan indah, senja yang tidak pernah redup
cahayanya.
Bersambung...
*silahkan ikuti chapter selanjutnya untuk mengetahui kisah asmara Syafaq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar