Selasa, 26 Mei 2015

Chapter #2 - Kepasrahan Embun


Kepasrahan Embun

Lanjutan....

Layaknya embun, yang jatuh dari singgasana awan dilangit, jatuh pasrah untuk membasahi bumi yang kering, yang butuh kesegaran dan kesejukan akan embun paling ikhlas. Embun yang tulus ikhlas membasahi kulit bumi tanpa pamrih, tampa mengharap balas.

Seperti itulah, jika kita mencintai seseorang, dengan sungguh-sungguh kita akan
melakukan segala hal demi secuil senyum manis sang kekasih. Layaknya sebuah reflek, tanpa sadar kita melakukan hal-hal itu meski sebenernya dengan melakukannya, kita sadar bahwa diri kita lelah, letih, dan menyakitkan. Tapi lihatlah, hati ini bagai embun yang pasrah di pagi hari, hati ini selalu berkata “just do it”, setidaknya inilah yang aku rasakan.

Sacrifice, adalah sebuah kesadaran kita, kita sadar kita perlu berkorban, meski kadang tak selalu pengorbanan itu selalu berbalas, pada titik ini banyak yang kemudian mundur dan bahkan tersungkur kalah. Tapi perlu disadari bahwa disitulah tanda kita masih manusia, karena mau tidak mau, manusia juga dirancang untuk diuji dan disakiti.

Namun tabahkanlah dirimu kawan, berdirilah, yakinkanlah, sadarkan hatimu bahwa pada titik dimana kamu seharusnya tersungkur, kamu harus bangkit. Tuntun hati & pikiranmu untuk mencari nilai positif dari kondisi itu.

At least you try, setidaknya kamu sudah berusaha, mencoba, dan meski nyatanya gagal, kamu masih dapat pelajaran yang tak bisa didapat dibangku kuliah atau disela-sela buku perpustakaan, yaitu sebuah kesabaran dan keikhlasan, bukan dalam bentuk teori namun sebuah pengalaman. Pengalaman yang akan selalu mengajarimu untuk melangkah kedepan tanpa kembali tersungkur dilubang yang sama.

Bersambung...

2 komentar:

  1. Alhamdulillah.. Bakatnya semakin nampak. Hihi
    Bagus ko, lebih dikuatkan lagi karakter tokohnya :)

    BalasHapus
  2. Syukron atas masukannya :-)
    siap laksanakan bos :-D

    BalasHapus