Selasa, 30 September 2014

Konsep Manusia Menurut Hadits; Fitrah Manusia Menurut Hadits


Fitrah manusia
Adapun konsep manusia menurut perspektif adalah bahwasanya manusia dilahirkan dalam keadaan membawa fitrah. Yang dimaksud dengan fitrah disini adalah agama yang lurus, potensi untuk mengesakan Allah dan makrifat kepada-Nya, cenderung untuk melakukan kebaikan-kebaikan, dan tidak mengalami penyimpangan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah Saw bersabda;

ما من مولودٍ يولد على الفطرة فأبواه أن يهوّدان او ينصّران او يمجّسان
Artinya: "setiap kelahiran itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kemudian kedua orang tua mereka meyahudikan, menasranikan dan memajusikan mereka"
Untuk mencapai bentuk fitrah ini tentu perlu dibina dan dikembangkan dengan proses pendidikan dan pengajaran. Terkadang anak kecil harus berhadapan dengan kondisi lingkungan yang mungkin berefek negatif baginya dan kemudian membuatnya menyimpang dari sifat-sifat fitrah.[1]
Jika manusia bisa mengatahui dan mengerti akan hal-hal yang baik dan benar, maka manusia juga punya potensi untuk dapat terpengaruh oleh kondisi sekitarnya yang bersifat negatif dan kemudian membuatnya keluar dari jalan ke-fitrahan-nya.
Rasulullah Saw bersabda, “tidak ada seorang jabang bayi pun kecuali dia terlahir dala keadaan fitrah”. Hanya saja dalam kehidupan manusia banyak sekali pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri manusia (eksternal), baik yang berasal dari keluarganya, lingkungannya, sosial masyarakatnya dan juga budaya tempat dia hidup dan bertumbuh kembang juga bisa mengakibatkan si manusia tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Dengan fitrahnya, manusia akan lebih cenderung untuk melakukan hal-hal kebaikan dan lebih mencari kondisi yang bisa menenangkan jiwanya. Apabila dia melakukan pelanggaran seperti berbuat dosa atau maksiat, maka hatinya akan merasa gelisah dan resah, apalagi sampai dketahui oleh orang lain.[2]


[1] Dr. Muhammad ‘Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. (Jakarta: Mustaqim, 2003), hlm. 324
[2] Ibid, hlm. 326

Tidak ada komentar:

Posting Komentar